UKK di Awal Puasa Ujian Berat Bagi Siswa

Siswa SD Karangnongko I sedang mengikuti Ulangan Kenaikan Kelas ditengah menjalani puasa Ramadhan 1437 H

Peringatan Hari Jadi Kabupaten Gunungkidul

Siswa dan Guru SD Karangnongko I memperingati hari jadi Kabupaten Gunungkidul ke-185 dengan berpakaian Jawa gagrak Ngayogyakarta

Latihan Karawitan SD Karangnongko I

Siswa kelas V sedang mengikuti ekstrakurikuler kerawitan yang dilaksanakan setiap hari Kamis

Kinerja Kepala Sekolah SD Karangnongko I

Kepala Sekolah SD Karangnongko I diapit Tim Penilai Kinerja Kepala Sekolah serta guru SD Karangnongko I melakukan foto bersama setelah selesai penilaian.

Pengumuman Kelulusan Siswa Kelas VI SD Karangnongko I

Wahyuwidayati,S.Pd membagikan surat pernyataan lulus dan mengucapkan selamat bagi 22 siswa kelas VI SD Karangnongko I yang dinyatakan telah lulus.

Tampilkan postingan dengan label artikel. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label artikel. Tampilkan semua postingan

Selasa, 13 Maret 2018

Anak Bingung Soal Penjumlah dan Pengurangan Bilangan Bulat Negatif? Ini Solusinya.

Bapak ibu guru yang berbahagia serta siswa semua yang saya banggakan, kali ini akan saya bagikan tip penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat negatif. Eh,  masalah sepele tuh. Cuma penjumlahan aja kok ditulis. Gak penting!
Memang benar bapak ibu, ini memang masalah kecil. Bagi murid yang cerdas dan ditangani oleh guru yang cerdas pula tak menjadi masalah. Tapi bagi sebagian siswa untuk memahami hal ini mungkin masih ada yang merasa kesulitan. Bahkan bagi guru juga mungkin merasa kesulitan karena sudah diberi tahu cara mengerjakan, tetapi masih ada sebagian siswa yang belum paham. Itu yang juga kami alami terhadap kasus kecil ini.
Penyampaian konsep penjumlahan dan pengurangan sudah lengkap dibahas dalam buku pelajaran di sekolah. Namun demikian masih saja tidak semua anak memahaminya. Sehingga perlu kreatifitas guru untuk menjelaskannya. Ada yang memanfaatkan garis bilangan, ada yang menggunakan gambar kancing merah untuk bilangan negatif dan kancing putih untuk bilangan positif, dan mengkiaskan negatif sebagai hutang dan positif bayar hutang (nyaur). Semua itu dimaksudkan agar siswa memahami konsep penjumlahan dan pengurangan bilangan negatif. Bahkan sering kita membuat trik-trik khusus untuk memudahkan cara penyelesaian penjumlahan bilangan bulat negatif. Nah, berikut ini akan saya bagikan cara yang cukup mudah dipahami anak, tidak perlu alat peraga bahkan cukup dengan kata-kata kita siswa akan mampu menyelesaikan soal yang berhubungan dengan penjumlahan dan penguruangan bilangan bulat. Mari kita mulai!
Pada prinsipnya penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat negatif  memiliki beberapa pola sebagai berikut :
a. Untuk penjumlahan 
1. Penjumlahan bilangan positif dengan positif , misal :  2 + 3 = ...
2. Penjumlahan bilangan positif dengan negatif, misal :  2 + (-3) = ...
3. Penjumlahan bilangan negatif dengan positif, misal :  -2 + 3 = ...
4. Penjumlahan bilangan negatif dengan negatif, misal : -2 + (-3) = ...
b. Untuk pengurangan
1. Pengurangan bilangan positif dengan positif , misal :  2 - 3 = ...
2. Pengurangan bilangan positif dengan negatif, misal :  2 - (-3) = ...
3. Pengurangan bilangan negatif dengan positif, misal :  -2 - 3 = ...
4. Pengurangan bilangan negatif dengan negatif, misal : -2 - (-3) = ... 

 Dari pola tersebut, biasanya untuk mempermudah menyelesaikan soal dibuatkan rumus sebagai berikut :
+  + = +
+  -  =  -
-   + = -
-   -  = +
Rumus tersebut biasa digunakan untuk perkalian dan pembagian. Namun jika diterapkan dalam penjumlahan dan pengurangan tentu masih membingungkan siswa. Maka perlu kita beri pengertian bahwa  positif dekat dengan positif maka positif, positif dekat dengan negatif maka negatif, negatif dekat dengan negatif maka positif.
Misal :
2  + 3 = ...  . Operasi hitung bilangan tersebut jelas menunjukkan positif dekat positif maka positif
 + (-3) = ...  menunjukkan positif dekat dengan negatif maka negatif atau menjadi 2 - 3 =...
- ( - 3) = ...  menunjukkan negatif dekat dengan negatif maka positif atau menjadi 2 + 3 = ...
Dari gambaran pola dan rumus tersebut, biasanya ditanamkan terlebih dulu pada siswa  agar mempunyai konsep penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat negatif.
Permasalahan yang sering muncul pada siswa dalam menjumlahkan dan mengurangkan bilangan bulat negatif adalah pada pola-pola sebagai berikut :
1. Bilangan negatif ditambah bilangan negatif .
    misal :    - 5  + ( - 3 ) = ... dijawab -2, seharusnya -8
2. Bilangan   negatif dikurangi bilangan positif
    misal :    - 5 - 3  = ... (dipahami siswa negatif lima dikurangi positif tiga ) 
Mungkin ada beberapa permasalahan lain yang ditemukan oleh bapak ibu guru. Selanjutnya bagaimanakah cara menjelaskan kepada siswa dengan tips yang saya sampaikan tersebut di atas? Baik, saya tidak akan menggunakan alat peraga untuk menjelaskan pada siswa, tapi cukup dengan membayangkan. Membayangkan? Bukankah sangat abstrak? Ya benar, kita akan bayangkan bilangan tersebut. Bapak ibu tentu tahu bahwa bilangan itu abstrak. Maka sekarang yang abstrak akan kita ubah menjadi tidak abstrak ( konkret ) agar siswa dapat dengan mudah memahami. Kita harus ingat bahwa siswa sekolah dasar kesulitan untuk memahami hal-hal yang abstrak. Maka diperlukan benda konkrit untuk membantu memahami hal yang abstrak.
Sesuai teori perkembangan kognitif menurut Piaget, bahwa siswa usia sekolah dasar berada pada fase operasional konkret ( 7 - 11 tahun ), dimana anak pada usia ini sudah mampu berpikir rasional seperti penalaran untuk memecahkan masalah konkret. Sehingga kita sebagai guru memerlukan alat peraga untuk membantu siswa dalam memahami permasalahan.
Dalam hal ini, benda konkret yang akan kita gunakan untuk membantu memecahkan masalah penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat negatif cukup kita bayangkan saja. Kita akan memanfaatkan otak kanan. ( SOK TAHU... he he .. ) Kata beberapa pakar, bahwa otak manusia itu dibagi menjadi otak kanan dan otak kiri. Sekarang bahkan ada yang menambahkan otak tengah. Ketiga otak tersebut mempunyai beberapa fungsi dan kegunaannya masing-masing. Namun tidak usah saya jelaskan ya, agar tidak memperpanjang tulisan ini. Lain kali saja saya carikan sumbernya tentang topik ini. Baik mari kita lanjut. Langsung saja ya, caranya sebagai berikut:
1. Berikan soal pada siswa, misal :  -  5   +  3 = ... ( beri soal yang mudah-mudah saja dulu )
2. Selanjutnya tanyakan dulu pada siswa apakah pernah melihat, atau makan buah apel? Apa saja warna buah apel? Tidak harus apel ya, apa saja boleh yang penting benda yang punya beberapa warna.( ini penting kita tanyakan agar siswa mudah dalam membayangkan ) 
3. Buat kesepakatan pada siswa, misalnya apel merah bilangan negatif dan apel hijau bilangan positif.
4. Mintalah pada siswa untuk membayangkan buah tersebut secara jelas. Pertama mintalah membayangkan apel merah jumlahnya 5 dan didekatnya ada apel hijau jumlahnya 3.
5. Suruh siswa menghitung apel merahnya, kemudian suruh juga siswa menghitung apel hijaunya.
6. Tanyakan ada berapa apel merah dan berapa apel hijau?
7. Mintalah siswa untuk memasangkan masing-masing apel merah dengan apel hijau.
8. Tanyakan ada berapa apel yang tidak punya pasangan dan warnanya apa? Suruh siswa menghitungnya.
9.  Beritahu siswa bahwa apel yang tidak punya pasangan itulah hasilnya. Untuk soal - 5 + 3 = ... , yang tidak punya pasangan adalah dua apel merah. Maka hasilnya adakah -2.
10. Ulangi kegiatan tersebut untuk soal yang lain.
Bagaimana bapak ibu? apakah bisa memahami uraian di atas? Saran saya  mulailah dari soal yang mudah ( angka kecil ) . Ulangi beberapa kali sampai siswa mahir, baru ditambah untuk angka yang lebih besar. Dan ulangi juga sampai siswa benar-benar menguasai. Gunakan kreatifitas bapak ibu untuk melatih siswa. Dalam beberapa kali latihan saya yakin siswa akan menguasai penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat negatif. Selamat mencoba semoga bermanfaat. 

Kamis, 08 Maret 2018

Memindai Dokumen dengan Kamera Smartphone

Bapak  ibu guru yang saya hormati dan saya banggakan,  diera digital ini memang telah terjadi perubahan besar dalam kehidupan kita.  Komunikasi yang begitu mudah dapat kita lakukan dengan cepat.  Masih ingat 20 tahun yang lalu bagaimana kita harus berkirim surat kepada saudara kita dan teman teman kita yang jauh? Yah,  harus menunggu berhari hari, bahkan sampai satu bulan  untuk menanyakan kabar atau sekedar kirim foto sebagai obat kangen.  Dan semua itu tak lepas dari jasa tukang pos yang tiap hari berkeliling untuk mengantarkan surat surat kita.  Kebayang kan betapa proses yang panjang untuk melakukan komunikasi jarak jauh dan kirim barang dan dokumen kita.  Tapi sekarang tidak lagi.  Hanya hitungan detik komunikasi kita bisa langsung sampai ke tujuan. 
Kemajuan teknologi sekarang ini tentu menuntut kita sebagai pendidik atau guru harus mengikuti perkembangan zaman.  Salah satu perkembangan bidang teknologi informasi adalah adanya smartphone yang dapat bapak ibu gunakan sesuai kebutuhan terutama untuk menunjang tugas sebagai guru.  Juga untuk menjalin komunikasi yang efektif baik sesama guru dan atasan atau pemerintah.  Perkembangan teknologi ini tak hanya untuk berkomunikasi tetapi juga mengirim dokumen atau surat dan sejenisnya.  Bahkan karena kreatifitas yang dimiliki kamera pada smartphone tidak hanya untuk selfi  tetapi juga untuk membantu memindai dokumen.  Bapak  ibu guru pasti pernah mendapat kiriman surat yang dipotret dan di kirim lewat aplikasi wa. Dokumen yang dipotret kadang menghasilkan gambar yang kurang jelas.  Diperlukan penglihatan yang jeli agar dapat membaca isi dokumen.  Susahnya,  jika dokumen sudah tidak jelas,  belum lagi penglihatan yang sudah kabur karena faktor u.  Pasti semakin kesulitan untuk membacanya. Maklum umur makin tua,  mata tak lagi jelas untuk membaca. Dengan demikian saya kira kita butuh sebuah aplikasi yang dapat membantu untuk memindai dokumen agar  lebih jelas hasilnya. 

Bapak ibu guru yang berbahagia,  sebagaimana yang sering kita lakukan untuk memindai dokumen dengan komputer kita gunakan mesin scanner. Namun kali ini kita akan melakukan pemindaian dengan smartphone.  Banyak aplikasi yang dapat bapak ibu unduh di play store untuk keperluan memindai dokumen kita.  Kali ini saya gunakan fastscanner.   Dengan aplikasi ini kita dapat memindai dokumen,  foto,  gambar atau lainnya dengan kamera smartphone. Sehingga hasilnya akan lebih jelas jika dibanding hanya dengan memotretnya saja.  Dokumen tersebut saya pindai dengan aplikasi fastscanner. Bagaimana hasilnya, lebih jelas kan? Dengan aplikasi pemindaian jelas dapat membantu kita membuat dokumen yang lebih baik. Bapak dan ibu bila ingin menggunakan silahkan unduh dulu ya. Caranya mudah kok.  Kalau sudah unduh dan instal buka fastscannernya.  Nanti tampilan akan seperti ini. Gambar tersebut tampilan dari aplikasi dan beberapa dokumen yang telah saya scan.  Untuk mulai memindai siapkan terlebih dulu gambar atau dokumennya,  kemudian klik gambar kamera kanan bawah.

Kalau sudah maka tampilan selanjutnya seperti ini.

Pada gambar tersebut terdapat garis hijau yang berguna untuk memotong gambar sesuai yang kita inginkan. Setelah dirasa sesuai klik tanda centang pada kanan atas. Selanjutnya masuk ke tampilan berikut ini. 

Pada bagian ini digunakan untuk menyesuaikan warna dan kecerahan dokumen. Silahkan coba pilih warna pada bagian bawah. Setelah selesai klik centang dan simpan. Selesai sudah dokumen yang kita buat dan dapat kita bagi bagikan. Bagaimana, mudah kan? Selamat mencoba. 

Minggu, 19 Juni 2016

Hemat itu tidak haram

Mau dapet 50.000 pulsa gratis setiap bulan? Caranya gampang banget tinggal download aja Cashtree di Android kalian. Buruan sebelum terlambat..!! *Dapatkan langsung 1.000 cash dengan menginstall lewat link. Flash Cash hari ini ! 19 JUN 17:?? WIB [Rp 3201] (Total Cash-ku Rp 53.841) https://invite.cashtree.id/lo4mwn

Kamis, 09 Juni 2016

Membuat Tulisan Tebal dan Miring di WhatsApp

Bapak Ibu dan sahabat pengunjung blog SD Karangnongko I yang berbahagia,  kali ini kita akan belajar sedikit tentang cara membuat tulisan tebal dan miring di WhatsApp.  Mungkin sering kali kita menjumpai hal demikian.  Kemudian bagaimana cara membuatnya? Mudah sekali.  Kita tidak perlu aplikasi apapun untuk membuatnya.  Caranya adalah demikian :
1. Untuk membuat tulisan tebal apitlah dengan tanda bintang
Contoh : *tulisan tebal *
2. Untuk tulisan miring  apit dengan tanda garis bawah.
Contoh :_tulisan miring_
3. Untuk tulisan tebal dan miring  apit dengan tanda bintang dan garis bawah.
Contoh : *_tulisan tebal dan miring_*
Nah bagaimana? Mudah bukan.  Silahkan mencoba semoga bermanfaat.

Senin, 06 Juni 2016

Lapisan Bumi dan Lapisan Atmosfir


Bapak ibu guru yang berbahagia, seringkali kita kesulitan waktu mengajarkan pada anak untuk menghafalkan lapisan atau struktur bumi dan lapisan atmosfir. 
Agar siswa lebih mudah untuk menghafal materi tersebut, kita dapat membuat beberapa cara agar mudah dihafal. Salah satu caranya yaitu dengan nyanyian. Nah, kali ini kita berikan satu nyanyian anak TK tempo dulu yang judulnya "Aku Punya Kelinci Putih". Untuk syairnya kurang lebih seperti ini. 


Aku punya kelinci putih
Bulunya indah dan bersih
telinganya tegak berdiri
kuberi makan tiap hari

Apakah bapak ibu guru masih ada yang ingat dengan syair lagu di atas? Jika masih syair tersebut kita ganti dengan berikut ini.

Lapisan-lapisan bumi
kerak, mantel atau selubung
inti luar dan inti dalam
itulah lapisan bumi

Kemudian untuk mengajarkan lapisan-lapisan atmosfir kita ganti dengan kalimat di bawah ini. Lagu ini untuk mempermudah menghafal lapisan atmosfir.

lapisan-lapisan atmosfir
lapisan di atas bumi
troposfir, stratostif, mesosfir
termosfir dan eksosfir

Dengan menyanyikan lagu tersebut siswa akan menjadi lebih mudah memahami materi tentang lapisan bumi dan atmosfir. Materi ini biasa diajarkan pada anak kelas V yang menggunakan kurikulum KTSP. Dan yang paling penting anak akan belajar dengan rasa senang tanpa merasa terbebani. Selamat belajar, semoga bermafaat.

Jumat, 03 Juni 2016

Cara Baru Menjadi Guru yang Menyenangkan

Selamat bertemu kembali bapak dan ibu yang berbahagia.  Kali ini ada artikel menarik yang mungkin bermanfaat bagi bapak ibu yang berprofesi sebagai guru.  Silahkan dibaca dan diresapi. 
1. Proses menjadi guru yang profesional diawali dengan sikap yang mantap, yakin keyakinan.
Keyakinan terhadap profesi Anda adalah kunci kesuksesan.

2. Yakinlah ada hakim di balik profesi anda. Ada hal-hal tersembunyi, ada dunia yang indah, ada cinta yang menyala, ada masa depan yang menjanjikan, dan ada jinjiTuhan yang pasti.

3. Jangan ragukan lagi bahwa profesi Andda adalah penting. Jika pemadam kebakaran atau dokter dapat membantu menyelamatkan jiwa seseorang, maka Anda pun dapat membangun peradaban. Bukankah guru juga seorang pahlawan?

4. Jangan gunakan kata "hanya" untuk menyebutkan profesi Anda. Jika Anda tidak menghargai profesi Anda, siapa lagi yang akan menghargainya?

5. Syukuri dan nikmatilah profesi Anda. Sikap ini merupakan sumber energi besar untuk menjalani prosi Anda.

B. Memulai Pembelajaran

6. Rancanglah pembelajaran Anda sebaik mungkin sehingga memudahkan Anda melaksanakanya. Tuliskan dengan jelas dan rinci apa yang akan siswa dan Anda lakukan dalam pembelajaran.

7. Tetapkan indikator pencapaian pembelajaran di Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Anda secara operasional dan jelas. Tetapkan pula meode dan media pembelajaranyang akan Anda gunakan serta uraikan penggunaanya.

8. Milikilah dokumen-dokumen penting, seperti kurikulum, silabis, dan sistem penilaian yang mendukung tugas profesional Anda.

9. Kuasai materi jauh lebih banyak dari yang Anda ajarkan, Bersiaplah untuk membelajarkan siswa yang berkemampuan lebih selain siswa yang lambat.

10. Mulailah mempelajari dengan tepat waktu. Ucapkan salam dan tanyakan kondisi siswa agar suasana lebih hangat dan tidak kaku. Sebarkanlah pandangan ke seluruh siswa sehingga mereka merasa diperhatian keberadaanya.

11. Sadarkan siswa akan manfaat pembelajaran yang akan mereka ikuti dengan mengaikannya dengan masalah nyata atau materi yanh telah siswa ketahui.

12. Pastikan siswa telaj menguasai materi prasyarat dengan memberikan pertanyaan lisan atau tes tertulis singkat  di awal pembelajaran.

13. Berikan gambaran siswa tentang kopetensi yang harus mereka kuasai, kegiatan pembelajarn yang akan mereka lakukan, dan tugas-tugas yang akan mereka kerjakan.

14.Sesekali tanyakan kepada siswa, pembelajaran sepertiu apa yang mereka kehendaki, agar mereka akan merasa dilibatkan dalam pembelajaran.

C. Menggunakan Metode Pmbelajaran

15. Setiap siswa memiliki tipe dan gaya belajar sendiri. Gunakam metode pembelajaran yang sesuai dengan kompeensi, materi, karakteristik siswa, dan kondisi kelas Anda.

16. Cara menghafal yang paling baik aalah dengan memahami. Meminta siswa untuk menghafal tanpa memahaminya merupakan perbuatan sia-sia dan mungkin juga kejam.

17. Pembelajaran tidak di masukan sebagai proses mentrasfer ilmu, melainkan sebagai usaha guru untuk membantu siswa membangun pengetahuannya. Kembangkanlah suasana pembelajaran yang mungkin siswa dapat membangun pengetahuannya sendiri.

18. Terapkan pembelajaran yang membiasakan siswa untuk memecahkan masalah, menginterprestasikan data, memahami isu, atau mengekspresikan pendapat dengan alasan yang tepat. Hal yang demikian diyakini dapat mengembangkan keterampilan siswa untuk berfikir logis dan krisis.

19. Lakukan pembelajaran yang menyeimbangkan aktivitas memtal dan fisik siswa.

20. Lakukan aktivitas pembelajaran yang bervariasi. Jika perlu berikan humor atau permainan edukatif. Gunakan sumber belajar yang bervariasi guna lebih memperkaya pengalaman belajar siswa.

21. Berikan penekanan pada konsep-konsep penting dengan sedikit meninggalkan intensitas suara ketika menyabutkanya, memberikan isyarat, memberikan ilustrasi gambar, atau dengan mengulanginya.

22. Berikan kesempatan kepada siswa untuk mencerna penjelasan Anda dengan memberikan waktu jeda atau hening sejenak di sela-sela penjelasan Anda.

23. Sikap diam siswa kadang bukan pertanda bahwa mereka telah memahami materi pelajaran. Berikan pertanyaan atau tugas singkat guna memastikan bahwa mereka memang betul-betul menguasainya.

Selasa, 31 Mei 2016

Ungkapan Jujur Seorang Anak

Selamat datang Bapak ibu,  dan teman semua telah berkunjung di blog ini.  Berikut ada cerita yang menarik dan dapat menginspirasi khusus nya bagi orang tua yang memiliki putra putri yang sangat disayangi.
Cerita ini kami peroleh dari blog sebelah yang telah dishare oleh salah seorang anggita wa. Mari kita baca dengan pelan dan coba diresapi..

True Story dari seorang sahabatnya Adi W Gunawan.
Semoga bermanfaat.

UNGKAPAN JUJUR SEORANG ANAK

Tahun 2005 yang lalu saya harus mondar-mandir ke SD tempat sekolah anak kami. Anak sulung kami yang bernama Dika, duduk di kelas 4 di SD itu. Waktu itu saya memang harus berurusan dengan wali kelas dan kepala sekolah.

Pasalnya menurut observasi wali kelas dan kepala sekolah, Dika yang duduk di kelas unggulan, tempat penggemblengan anak-anak berprestasi itu, waktu itu justru tercatat sebagai anak yang bermasalah. Saat saya tanyakan apa masalah Dika, guru dan kepala sekolah justru menanyakan apa yang terjadi di rumah sehingga anak tersebut selalu murung dan menghabiskan sebagian besar waktu belajar di kelas hanya untuk melamun. Prestasinya kian lama kian merosot.

Dengan lemah lembut saya tanyakan kepada Dika, "Apa yang kamu inginkan?" Dika hanya menggeleng.

"Kamu ingin ibu bersikap seperti apa?," tanya saya. "Biasa-biasa saja," jawab Dika singkat.

Beberapa kali saya berdiskusi dengan wali kelas dan kepala sekolah untuk mencari pemecahannya, namun sudah sekian lama tak ada kemajuan. Akhirnya kamipun sepakat untuk meminta bantuan seorang psikolog.

Suatu pagi, atas seijin kepala sekolah, Dika meninggalkan sekolah untuk menjalani test IQ. Tanpa persiapan apapun, Dika menyelesaikan soal demi soal dalam hitungan menit. Beberapa saat kemudian, Psikolog yang tampil bersahaja namun penuh keramahan itu segera memberitahukan hasil testnya.

Angka kecerdasan rata-rata anak saya mencapai 147 (sangat cerdas) di mana skor untuk aspek-aspek kemampuan pemahaman ruang, abstraksi, bahasa, ilmu pasti, penalaran, ketelitian dan kecepatan berkisar pada angka 140 - 160. Namun ada satu kejanggalan, yaitu skor untuk kemampuan verbalnya tidak lebih dari 115 (rata-rata cerdas).

Perbedaan yang mencolok pada 2 tingkat kecerdasan yang berbeda itulah yang menurut psikolog, perlu dilakukan pendalaman lebih lanjut. Oleh sebab itu psikolog itu dengan santun menyarankan saya untuk mengantar Dika kembali ke tempat itu seminggu lagi. Menurutnya Dika perlu menjalani test kepribadian.

Suatu sore, saya menyempatkan diri mengantar Dika kembali mengikuti serangkaian test kepribadian. Melalui interview dan test tertulis yang dilakukan, setidaknya psikolog itu telah menarik benang merah yang menurutnya menjadi salah satu atau beberapa faktor penghambat kemampuan verbal Dika.

Setidaknya saya bisa membaca jeritan hati kecil Dika. Jawaban yang jujur dari hati Dika yang paling dalam itu membuat saya berkaca diri, melihat wajah seorang ibu yang masih jauh dari ideal.

Ketika Psikolog itu menuliskan pertanyaan "Aku ingin ibuku :...."

Dika pun menjawab, "Membiarkan aku bermain sesuka hatiku, sebentar saja."

Dengan beberapa pertanyaan pendalaman, terungkap bahwa selama ini saya kurang memberi kesempatan kepada Dika untuk bermain bebas. Waktu itu saya berpikir bahwa banyak ragam permainan-permainan edukatif sehingga saya merasa perlu menjadwalkan kapan waktunya menggambar, kapan waktunya bermain puzzle, kapan waktunya bermain basket, kapan waktunya membaca buku cerita, kapan waktunya main game di komputer dan sebagainya. Waktu itu saya berpikir bahwa demi kebaikan dan demi masa depannya, Dika perlu menikmati permainan-permainan secara merata di sela-sela waktu luangnya yang memang tinggal sedikit karena sebagian besar telah dihabiskan untuk sekolah dan mengikuti berbagai kursus di luar sekolah. Saya selalu pusing memikirkan jadwal kegiatan Dika yang begitu rumit. Tetapi ternyata permintaan Dika hanya sederhana, diberi kebebasan bermain sesuka hatinya, menikmati masa kanak-kanaknya.

Ketika Psikolog menyodorkan kertas bertuliskan "Aku ingin Ayahku ..."

Dika pun menjawab dengan kalimat yang berantakan namun kira-kira artinya "Aku ingin ayahku melakukan apa saja seperti dia menuntutku melakukan sesuatu".

Melalui beberapa pertanyaan pendalaman, terungkap bahwa Dika tidak mau diajari atau disuruh, apalagi diperintah untuk melakukan ini dan itu. Ia hanya ingin melihat ayahnya melakukan apa saja setiap hari, seperti apa yang diperintahkan kepada Dika. Dika ingin ayahnya bangun pagi-pagi kemudian membereskan tempat tidurnya sendiri, makan dan minum tanpa harus dilayani orang lain, menonton TV secukupnya, merapikan sendiri koran yang habis dibacanya dan tidur tepat waktu. Sederhana memang, tetapi hal-hal seperti itu justru sulit dilakukan oleh kebanyakan orang tua.

Ketika Psikolog mengajukan pertanyaan "Aku ingin ibuku tidak ..."

Maka Dika menjawab, "Menganggapku seperti dirinya."

Dalam banyak hal saya merasa bahwa pengalaman hidup saya yang suka bekerja keras, disiplin, hemat, gigih untuk mencapai sesuatu yang saya inginkan itu merupakan sikap yang paling baik dan bijaksana. Hampir-hampir saya ingin menjadikan Dika persis seperti diri saya. Saya dan banyak orang tua lainnya seringkali ingin menjadikan anak sebagai foto copy diri kita atau bahkan beranggapan bahwa anak adalah orang dewasa dalam bentuk sachet kecil.

Ketika Psikolog memberikan pertanyaan "Aku ingin ayahku tidak...."

Dika pun menjawab, "Tidak menyalahkan aku di depan orang lain. Tidak mengatakan bahwa kesalahan-kesalahan kecil yang aku buat adalah dosa."

Tanpa disadari, orangtua sering menuntut anak untuk selalu bersikap dan bertindak benar, hingga hampir-hampir tak memberi tempat kepadanya untuk berbuat kesalahan. Bila orangtua menganggap bahwa setiap kesalahan adalah dosa yang harus diganjar dengan hukuman, maka anakpun akan memilih untuk berbohong dan tidak mau mengakui kesalahan yang telah dibuatnya dengan jujur. Kesulitan baru akan muncul karena orangtua tidak tahu kesalahan apa yang telah dibuat anak, sehingga tidak tahu tindakan apa yang harus kami lakukan untuk mencegah atau menghentikannya.

Saya menjadi sadar bahwa ada kalanya anak-anak perlu diberi kesempatan untuk berbuat salah, kemudian iapun bisa belajar dari kesalahannya. Konsekuensi dari sikap dan tindakannya yang salah adakalanya bisa menjadi pelajaran berharga supaya di waktu-waktu mendatang tidak membuat kesalahan yang serupa.

Ketika Psikolog itu menuliskan "Aku ingin ibuku berbicara tentang ....."

Dika pun menjawab, "Berbicara tentang hal-hal yang penting saja".

Saya cukup kaget karena waktu itu saya justru menggunakan kesempatan yang sangat sempit, sekembalinya dari kantor untuk membahas hal-hal yang menurut saya penting, seperti menanyakan pelajaran dan PR yang diberikan gurunya. Namun ternyata hal-hal yang menurut saya penting, bukanlah sesuatu yang penting untuk anak saya. Dengan jawaban Dika yang polos dan jujur itu saya diingatkan bahwa kecerdasan tidak lebih penting dari pada hikmat dan pengenalan akan Tuhan. Pengajaran tentang kasih tidak kalah pentingnya dengan ilmu pengetahuan.

Atas pertanyaan "Aku ingin ayahku berbicara tentang .....",

Dika pun menuliskan, "Aku ingin ayahku berbicara tentang kesalahan-kesalahannya. Aku ingin ayahku tidak selalu merasa benar, paling hebat dan tidak pernah berbuat salah. Aku ingin ayahku mengakui kesalahannya dan meminta maaf kepadaku."

Memang dalam banyak hal, orangtua berbuat benar tetapi sebagai manusia, orangtua tak luput dari kesalahan. Keinginan Dika sebenarnya sederhana, yaitu ingin orangtuanya sportif, mau mengakui kesalahnya dan kalau perlu meminta maaf atas kesalahannya, seperti apa yang diajarkan orang tua kepadanya.

Ketika Psikolog menyodorkan tulisan "Aku ingin ibuku setiap hari ....."

Dika berpikir sejenak, kemudian mencoretkan penanya dengan lancar, "Aku ingin ibuku mencium dan memelukku erat-erat seperti ia mencium dan memeluk adikku".

Memang adakalanya saya berpikir bahwa Dika yang hampir setinggi saya sudah tidak pantas lagi dipeluk-peluk, apalagi dicium-cium. Ternyata saya salah, pelukan hangat dan ciuman sayang seorang ibu tetap dibutuhkan supaya hari-harinya terasa lebih indah. Waktu itu saya tidak menyadari bahwa perlakukan orang tua yang tidak sama kepada anak-anaknya seringkali oleh anak-anak diterjemahkan sebagai tindakan yang tidak adil atau pilih kasih.

Secarik kertas yang berisi pertanyaan "Aku ingin ayahku setiap hari...."

Dika menuliskan sebuah kata tepat di atas titik-titik dengan satu kata, "Tersenyum."

Sederhana memang, tetapi seringkali seorang ayah merasa perlu menahan senyumannya demi mempertahankan wibawanya. Padahal senyum tulus seorang ayah sedikitpun tidak akan melunturkan wibawanya, tetapi justru bisa menambah simpati dan energi bagi anak-anak dalam melakukan segala sesuatu seperti yang ia lihat dari ayahnya setiap hari.

Ketika Psikolog memberikan kertas yang bertuliskan "Aku ingin ibuku memanggilku. ..."

Dika pun menuliskan, "Aku ingin ibuku memanggilku dengan nama yang bagus"

Saya tersentak sekali! Memang sebelum ia lahir kami telah memilih nama yang paling bagus dan penuh arti, yaitu Judika Ekaristi Kurniawan. Namun sayang, tanpa sadar, saya selalu memanggilnya dengan sebutan Nang. Nang dalam Bahasa Jawa diambil dari kata "Lanang" yang berarti laki-laki.

Ketika Psikolog menyodorkan tulisan yang berbunyi "Aku ingin ayahku memanggilku .."

Dika hanya menuliskan 2 kata saja, yaitu "Nama Asli".

Selama ini suami saya memang memanggil Dika dengan sebutan "Paijo" karena sehari-hari Dika berbicara dalam bahasa Indonesia atau bahasa Sunda dengan logat Jawa medok. "Persis Paijo, tukang sayur keliling," kata suami saya.

Atas jawaban-jawaban Dika yang polos dan jujur itu, saya menjadi malu karena selama ini saya bekerja di sebuah lembaga yang membela dan memperjuangkan hak-hak anak. Kepada banyak orang saya kampanyekan pentingnya penghormatan hak-hak anak sesuai dengan Konvensi Hak-Hak Anak Sedunia. Kepada khalayak ramai saya bagikan poster bertuliskan "To Respect Child Rights is an Obligation, not a Choice", sebuah seruan yang mengingatkan bahwa "Menghormati Hak Anak adalah Kewajiban, bukan Pilihan".

Tanpa saya sadari, saya telah melanggar hak anak saya karena telah memanggilnya dengan panggilan yang tidak hormat dan bermartabat. Dalam diamnya anak, dalam senyum anak yang polos dan dalam tingkah polah anak yang membuat orang tua kadang-kadang bangga dan juga kadang-kadang jengkel, ternyata ada banyak Pesan Yang Tak Terucapkan.

Seandainya semua ayah mengasihi anak-anaknya, maka tidak ada satupun anak yang kecewa atau marah kepada ayahnya. Anak-anak memang harus diajarkan untuk menghormati ayah dan ibunya, tetapi para orang tua tidak boleh membangkitkan amarah di dalam hati anak-anaknya. Para orangtua harus mendidik anaknya di dalam ajaran dan nasehat yang baik. Semoga bermanfaat bagi kita semua, para orang tua dari putra/putri kita masing-masing.

Bagaimana menurut Anda?

Jumat, 27 Mei 2016

Hari Jadi Gunungkidul di SD Karangnongko I


Hari Jumat,  tanggal 27 Mei 2016,  SD Karangnongko I,  UPT TK dan SD kecamatan Purwosari turut menyemarakan hari lahirnya Kabupaten Gunungkidul dengan mengenakan pakaian Jawa lengkap gagrak Ngayogyakarta.  Kegiatan berpakaian Jawa dilakukan oleh semua siswa kelas I sampai VI,  guru dan karyawan.